Selasa, 13 Juli 2010

STASI SIANTAR NAIPOSPOS

Stasi Siantar Naipospos, merupakan salah satu Stasi dari Paroki St. Maria Tarutung, yang jaraknya lebih kurang 30 km arah barat laut Tarutung. Untuk menuju ke stasi ini, dari Tarutung ambil jalan ke arah Sibolga. Sampai pada simpang Pancur Batu (sekitar 4 km dari Tarutung) belok ke kanan menanjak. 8 km pertama jalan beraspal bagus. Hanya sedikit kerusakan kesil di sana-sini. Sebelum sekolah ada pertigaan, maka belok kanan melewati jalan aspal setengah rusak. Kurang lebih 3 km menjumpai jembatan kecil. Mobil tidak bisa masuk. Selanjutnya perjalanan hanya bisa dilakukan dengan kereta (Sepeda motor). Dari titik itu, orang mulai berhati-hati dengan jalan licin dan tanah lengket pada kereta. Kiri kanan adalah jurang. Kalau berboncengan, kadang pembonceng harus turun dan berjalan kaki demi keselamatan bersama. Dengan kondisi seperti ini, jarak 30 km bisa ditempuh dalam waktu 2,5 s.d 3 jam, apalagi untuk orang yang belum pernah ke sana. Umatnya terdiri dari 17 KK, Kebanyakan bekerja sebagai petani. Hasil pertanian adalah kopi, padi, kemenyan. Di sekitar rumah juga ditemukan banyak pohon durian, pohon kelapa juga langsat.





Rabu, 10 Maret 2010

JADWAL PARDALANAN PASTOR

















Setiap bulan dibuat 'Jadwal Pardalanan' Pastor dohot Frater, yang berisi jadwal Misa dan pelayanan Sakramen ke Stasi-stasi di Paroki St. Maria Tarutung. Ini merupakan jadwal Pardalanan Pastor dan Frater bulan Maret 2010.

KILAS SEJARAH PAROKI ST. MARIA TARUTUNG



Sejarah Paroki Tarutung bisa dibaca di buku "Pelangi di Bukit Barisan" ( Kanisius 2006) yang dikarang oleh Pater Rudolf Kurris SJ. Pater Kurris melanjutkan pelayanan di Paroki Tarutung yang sebelumnya dipegang oleh para Pater dari Ordo Fransiskan Capusin (OFMCap) sampai dengan tahun 2002. Buku ini terdiri dari XV bab. Berturut-turut bercercerita tentang: (I) Di Ambang Pintu Daerah Batak, (II) Kota Balige 1934, (III) Desa Hutaraja 1935, (IV) Huta Lumbansormin 1936, (V) Stasi Lintongnihuta 1936, (VI) Memasuki Rura Silindung 1938, (VII) Daerah Pangaribuan 1936, (VIII) Kampung Aekraja 1939, (IX) Zaman Jepang 1942-1945, (X) Sang Merah Putih 1945, (XI) Bangkit Kembali 1950, (XII) Paroki Santa Maria 1957, (XIII) Umat Bertambah Terus 1965, (XIV) Jumlah atau Mutu? 1981, (XV) Dari OFM Cap ke SJ 2002.
Dalam rangka memperingati Pesta Emas Paroki St. Maria Tarutung, disusunlah sebuah Buku Kenangan "Menyusuri Sungai Waktu Sebuah Buku Kenangan". Perayaan Pesta Emas dilaksanakan pada tanggal 24 Agustus 2008, sebagai puncak dari macam-macam kegiatan peringatan yang berlangsung selama 1 tahun. Bapa Uskup Mgr. Anicetus Sinaga OFM Cap berkenan memimpin perayaan Ekaristi Pesta Emas ini. Sampai tahun ini, Paroki St. Maria Tarutung meliputi 53 Stasi, yang sebagian besar tersebar di Bukit Barisan. Itu berarti medannya cukup menantang, pemandangan alam didominasi oleh jurang-jurang dan bukit-bukit serta hutan dan semak yang menghijau, namun juga moda transportasi yang terbatas. Syukurlah komunikasi dengan telepon selular (HP) pada umumnya lancar. Ini berkat kemajuan teknologi komunikasi yang sangat menunjang komunikasi dalam pelayanan pastoral.

Minggu, 07 Februari 2010

GEREJA R.K. (Rom Katolik)













Posisi Gereja St. Maria Tarutung di G. Earth
















Gereja St. Maria Tarutung atau Rom Katolik
















Gereja St. Maria Tarutung dengan menara
lonceng dilihat dari arah pusat kota mnj Hutabarat
















Gedung SMP St. Maria Tarutung di belakang Gereja.
















Gedung SMA St. Maria Tarutung di samping
SMP St. Maria Tarutung di belakang Gereja